Minggu, 06 November 2016

Dongeng Berjangka (A14)

Hi Kamu, Apa kabar?
Kenapa menghilang? Sudah tahukah Kamu bahwa Dia terus mengintai hidup Mu?
Jika Kamu tahu, haruskah Kamu menghilang?
Apakah perkataan Mu benar adanya, bahwa Kamu memang tidak akan lagi menginginkanNya?

Kenapa harus menghilang, Hati yang tak punya Rasa?
Tidak tahukah Kamu bahwa itu adalah salah satu obatNya agar Dia tersenyum dan menyadarkan diriNya bahwa Dia masih hidup?

Kenapa kamu menghilang, Rasa berupa Asa?
Tidakah kamu tahu, bahwa itu semakin membuatnya perlahan mati?
Hidup seakan mati, seperti mati dua kali. Entah dimana keberadaannya. Apakah menjadi mayat, menyatu dengan tanah atau tubuh bernyawa yang seperti berteman dengan angin yang melayang diudara.
Kamu tidak perlu mengerti bahasa diatas, Kamu tidak perlu memaksa untuk mengerti bahasa itu.
Bahkan kamu tidak perlu memahami bagaimana manusia bernyawa berteman dengan angin.
Lihat saja daun yang gugur itu, dia melayang bersama angin.
Lihatlah abu rokok yang terbang dengan angin itu.
Dan tidakkah kamu melihat Dia sedang melayang?
Lihatlah pikirannya, jangan lihat kakinya. Karena Kakinya masih berpijak.
Dia belum mati. Dia tidak mati.
Kamu tahu siapa yang mati? yang mati adalah Otaknya dan Rasamu.

Dia turut berduka cita atas matinya rasaMu atas diriNya.
Namun Dia tidak bisa memberikan karangan bunga "turut berduka cita" itu. Dia tidak tahu dimana Kamu berada dan dimana RasaMu yang mati telah dikuburkan.

Tolong jangan menghilang. Dia ingin tahu dimana Kamu mengubur RasaMu.
Dia ingin membuat RasaMu hidup kembali. Bisakah itu terjadi?
Bisakah rasaMu hidup kembali, Sayang? -P16